Rabu, Agustus 19, 2009

YANG TERSISA DARI PERAYAAN MALAM PUNCAK 17 AGUSTUS-an DI RW 09

Sejuknya pagi tgl. 18 Agustus menyisakan kisah kandasnya sebuah acara malam Puncak perayaan HUT RI ke 64 - Kelurahan Poris Plawad, yang digelar oleh RW 09 sebagai panitia dan tuan rumah. Cuaca yang sejak siang sangat cerah, panas terik, tidak sedikitpun menyiratkan bahwa malam itu hujan akan mengguyur arena dimana perhelatan diadakan.

Acara sangat manis - dibuka dengan Marawis dari RW 04 yang tampil prima menghentak panggung. Dilanjutkan dengan Mars dan Lagu Nasional yang dinyanyikan oleh anak - anak RW 09, berkumandang dengan menggelorakan semangat. Tidak ketinggalan semua hadirin diajak serta untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hal yang jarang dan hampir dilupakan kita sebagai bangsa yang telah merdeka sekian lama.

Sekitar 30 menit sejak acara dimulai, tepatnya ketika Bp. H. Mahrup ( Lurah Poris Plawad ) menyampaikan pidato sambutannya. Hujan langsung menetes dan mantap turun dengan derasnya.

Meskipun sempat pak Lurah menenangkan, bahwa mungkin hujan hanya gerimis dan Insya Allah tidak akan turun dengan lebat. Namun ternyata air seperti ditumpahkan dari langgit dan tidak terbendung lagi, memporakporandakan tikar-tikar yang digelar, sontak membuat para pengisi acara - para tamu dan panitia kocar-kacir berlarian kesana - kemari. Sebagian naik ke pangung, sebagian pulang, sebagian masuk ke rumah terdekat, bahkan ada yang berlindung di bawah panggung dan di bawah meja ping pong tempat dimana tumpeng-tumpeng tadi diletakkan.

Tidak ketinggalan, tumpeng-tumpeng cantik yang dipajang berjajar, serta tim juri dari Ibu-Ibu PKK kecamatan Cipondoh yang sedang menilai, ikut panik menyelamatkan tumpeng dan kertas-kertas penjuriannya.

Saya yang saat itu bertugas sebagai pembawa acara masih berada di atas panggung bersama pak Lurah dan tiga orang crew perlengkapan sound system serta dua ibu dari RW 08 dan beberapa anak karang taruna yang kebetulan ikut berteduh. Menjadi panik juga karena alat musik, kabel dan soundsystem lainya harus segera dimatikan dan diamankan dari cipratan air hujan. Alhasil suasananya juga seperti perang. Cabut sana - dorong sini, masing-masing saling bantu. Pak Lurah juga ikut memberikan komando. Repot juga kan, jika kita masuk liputan 6 karena kesetrum di panggung Agustusan ?

Lucunya, Ibu dari RW 08 itu, kok ya sempat-sempatnya lari membawa tumpengnya ke panggung, selain itu ada juga satu tampah kue yang terbawa, jadi sepertinya sudah diatur agar yang dipanggung tidak kelaparan - he he he .....

Sementara itu suasana di Rumah Ibu Panjaitan - yang kebetulan dekat dengan arena perhelatan, menjadi base-camp panitia, sebagian tamu dan beberapa pengisi acara berkumpul disana. Penjurian tumpengpun dilanjutkan, dan soto yang tadinya hendak disajikan untuk tamu akhirnya dibagikan disana.... dingin-dingin makan soto kelihatannya enak juga.....

Tapi sayangnya saya harus segera pulang. Karena baju saya basah semua ketika perjalanan penyelamatan diri dari panggung ke rumah bu Panjaitan. Tangga selebar kira-kira 30 cm dengan posisi curam, menyulitkan saya saat akan turun yang ketika itu menggunakan kebaya dan kain sarung. Terpaksa saya cincing deh...... daripada nggak bisa turun .....

Itupun beruntung ada seorang bapak yang teringat bahwa bu RTnya masih terjebak di panggung. ( terima kasih ya pak Yos ). Atau mungkin juga dari rumah bu Panjaitan ada yang mengingatkan, bahwa saya masih berada di panggung. Terima kasih ya... atas perhatiannya.

Hujan turun awet.... lamaaaa.... dan tidak mungkin acara dilanjutkan.....
Mengantar kekecewaan panitia, anak-anak pengisi acara dan tamu yang sudah hadir.....
Namun sebagai umat beriman kita tetap harus bersyukur, dan wajib mengambil hikmah dari setiap peristiwa.

Pengumuman pemenang yang belum sempat disampaikan, serta piala-piala yang kinclong belum sempat digenggam oleh para jawara-jawara olah raga akhirnya diserahkan panitia dan ketua RW 09 kepada pihak kelurahan agar disampaikan.

Untuk memfasilitasi pembagian door prize yang belum sempat dilakukan, maka panitia memberikan kesempatan kepada seluruh warga RW 09 untuk berkumpul di balai warga malam hari ini s( 19 Agustus 2009 ) sekaligus untuk pembubaran panitia.

Anak-anak yang sudah berlatih menari yang belum sempat tampil juga akan diberikan kesempatan untuk tampil malam nanti. Sekedar untuk mengobati rasa kecewa, agar mereka tidak menangis lagi.

Bagaimanapun juga, lepas dari segala kelebihan dan kekurangan, kita semua sudah gembira merayakan hari kemerdekaan negara yang kita cintai. Semoga segala hal yang telah diupayakan oleh panitia dapat memuaskan warga dan kelurahan serta RW lain, agar tiba saatnya nanti mereka berani untuk menyelenggarakan event ini selanjutnya sebagai tuan rumah. Dan kekurangannya dijadikan catatan untuk perbaikan penyelenggaran di tahun yang akan datang.

Sukses selalu dan Dirgahayu RI ke 64 - MERDEKA ... MERDEKA .... MERDEKA.......

Salam,
Helena Harijati

Tidak ada komentar: